Kamis, 30 September 2010

Menyoal Masalah Maraknya Aksi Kerusuhan di Tanah Air

Aksi kerusuhan akhir-akhir ini semakin marak terjadi di Indonesia, pemicunya sangat beragam dari mulai mempertahankan harga diri, isu sara, ambisi politik, sikap brutal suporter, hingga arogansi kelompok geng. Kerusuhan-kerusuhan ini lebih banyak terjadi disebabkan karena kumulatif emosi yang sejak lama tersimpan dan terpendam dalam kegeraman kolektif. Karakter masyarakat kita dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang panjang ingatan dalam hal mengingat perilaku orang lain yang dipandang telah melukai perasaan atau melanggar aturan normatif yang ada.

Bangsa Indonesia yang dahulu dikenal sebagai bangsa yang ramah, pemaaf, saling sapa, santun dan bersahaja, tetapi kini sikap-sikap tersebut sepertinya telah sirna. Nilai-nilai agama dan nilai-nilai norma lainnya sudah diabaikan dan berganti menjadi kebiadaban dan kebrutalan. Aksi ini merembet begitu cepat dan membara menghancurkan segala yang ada. Kehancuran materi masih bisa diganti dengan materi, akan tetapi kehancuran peradaban tidak akan pernah bisa tergantikan dengan perbaikan sikap dalam waktu singkat. Terlebih lagi menyangkut pihak korban dan keluarganya.
Entah sejak kapan perubahan sikap ini begitu cepat berubah, masyarakat kita menjadi sangat mudah terprovokasi, mudah tersulut amarahnya, dan mudah digerakkan untuk hal-hal brutalisme. Menggerakkan massa untuk urusan balas membalas yang disertai brutalisme akan lebih mudah dibandingkan dengan menggerakkan massa untuk urusan bakti sosial dan aksi amal lainnya.
Faktor-faktor Pendorong Aksi Brutal
  1. 1. Politik
Sitem politik kita perlu diimbangi dengan pendidikan politik dan pembelajaran masyarakat yang matang tentang hakikat dan kesadaran berpolitik. Perlu disosialisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa melalui sistem politik yang tertib dapat melahirkan model pergantian kekuasaan secara aman dan demokratis. Aksi dukung mendukung dan beking membeking salah satu calon kontestan pemilu hanya disikapi dengan ambisi siap menang, tidak diikuti dengan siap kalah. Kondisi ini perlu dianalisa dari berbagai segi secara adil dan berimbang.
Bahwa selama perebutan kekuasaan dan jabatan politis itu dibangun dengan cara menarik simpatik warga dengan menggunakan iming-iming uang (money politic), maka jangan harap sistem politik itu akan berjalan aman dan damai. Masing-masing kubu akan selalu mengkalkulasi berapa modal kompanye yang telah mereka keluarkan, dan berapa waktu modal tersebut bisa kembali setelah hitung-hitungan dengan metode break event point (BEP).
  1. 2. Ekonomi
Kemiskinan dan kesenjangan sosial akan memicu tindakan-tindakan kriminalitas dan pencurian-pencurian yang bedalih pada pemenuhan kebutuhan perut. Masyarakat yang lapar akan sangat mudah diprovokasi. Kesulitan ekonomi dan tuntutan konsumsi tinggi di masyarakat menuntut orang untuk menempuh jalan pintas. Itulah sebabnya, mengapa setiap terjadi kerusuhan dan pengrusakan selalu dibarengi dengan penjarahan. Banyak pihak yang bermain di air keruh.
Untuk mengatasi masalah ini pemerintah harus mampu mempertahankan stabilitas ekonomi, menjaga agar iklim investasi dan daya saing produksi dalam negeri tetap terus ditingkatkan. Di samping itu faktor pendukung utama untuk menciptakan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi harus tetap dijaga. Faktor pendukung utama tersebut adalah stabilitas pertahanan dan keamanan.
  1. 3. Sosial
Tidaklah mudah jika ingin mengubah cara pandang salah satu komunitas masyarakat. Pada saat sebuah lingkungan sosial menunjukkan pada pembiasaan tertentu, maka ketika ada upaya untuk merubah cara pandang tersebut, tentu memerlukan proses yang panjang. Lingkungan sosial masing-masing suku dan kelompok di Indonesia sangatlah beragam, namun demikian ada satu unsur kesamaan yang menjadi gengsi dari masing-maing kelompok tersebut, yakni pembelaan dan perjuangan yang menyeluruh untu urusan perut.
Dalam masyarakat kita tidak jarang menemukan sebuah organisasi kekuatan massa yang orientasi kerjanya menjual jasa sebagai demonstran. Dalam proses transaksinya menggunakan hukum jual beli dan tawar menawar, tergantung jenis harga yang dipilih. Jika harga tinggi maka fasilitas demo yang ditawarkan tentu disesuaikan, misalnya jumlah pendemo, jumlah atribut yang dibawa, durasi berdemo, dsb.
  1. 4. Budaya
Budaya santun, saling menghargai, saling pengertian yang dimiliki bangsa Indonesia sudah berubah 180 derajat. Nuansa dan iklim demokrasi terlalu diartikulasikan dalam setiap lini tuntutan individual dan kolektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar